Thursday 7 March 2013

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN NILAM


PENGENDALIAN PENYAKIT PADA TANAMAN NILAM

A. Penyakit layu bakteri
Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum, merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kerugian cukup besar bagi petani nilam.

Gejala serangan yang ditimbulkan berupa kelayunan pada tanaman muda maupun tua, dan dalam waktu singkat menimbulkan kematian tanaman. Untuk menanggulangi penyakit tersebut telah dilakukan berbagai upaya antara lain secara kimiawi namun belum memberikan yang memuaskan.
Penyakit layu bakteri dapat menulari tanaman nilam dari tanaman inang yang sudah ada pada lahan sebelum ditanami nilam, atau dari benih yang telah mengandung penyakit. Untuk mencegah tertularnya tanaman, sebaiknya sebelum tanam terlebih dahulu diperhatikan tanaman apa saja yang telah ada dilahan yang akan ditanami dan yang lebih penting yaitu hindari pengambilan setek dari tanaman yang telah tertular penyakit.

Cara yang paling efektif untuk menekan kerugian karena berkurangnya produksi yang disebabkan oleh serangan penyakit layu bakteri adalah menanam varietas yang tahan. Untuk mencegah penularan penyakit, benih yang akan ditanam harus bebas dari penyakit. Gejala penyakit layu bakteri yaitu tanaman layu, jadi setek jangan diambil dari tanaman yang telah layu.

B. Penyakit yang disebabkan oleh nematoda
Nematoda menyerang akar tanaman nilam, kerusakan akar menyebabkan berkurangnya suplai air ke daun, sehingga stomata menutup, akibatnya laju fotosintesa menurun. Beberapa jenis nematoda yang menyerang tanaman nilam antara lain Pratylenchus brachyurus, Meloidogyne incognita, Radhopolus similis.

Salah satu mekanisme ketahanan nilam terhadap nematoda adalah adanya kandungan fenol dan lignin. Senyawa fenol dan lignin merupakan proteksi alami dari tanaman terhadap factor biotic.
Penanggulangan serangan nematoda, selain dengan varietas yang tahan/toleran, juga dengan agen hayati (Pasteuria penetrans, Arthrobotrys sp., jamur penjerat nematoda, pestisida nabati (serbuk biji nimba, bungkil jarak), nematisida dan budidaya (pupuk organik dll) . Kombinasi nematisida (Furadan) bahan organik dan dolomit dapat menekan populasi nematoda sehingga meningkatkan produksi (terna).

Salah satu cara untuk mencegah penularan nematoda yaitu dengan menanam benih yang bebas dari nematoda. Gejala serangan nematoda terutama nampak pada warna daun yang berubah menjadi kecoklatan atau kemerahan. Disamping itu perlu diperhatikan tanaman inang yang telah ada dilokasi sebelum dipergunakan untuk menanam nilam. Tanaman inang bagi nematoda antara lain : pisang, jahe, tomat, kacang tanah dll.

C. Penyakit budog
Penyakit budog diperkirakan disebabkan oleh virus. . Gejala penyakit terlihat pada batang yang membengkak, menebal dan daun yang berkerut dan tebal, dengan permukaan bawah berwarna merah, permukaan atas daun menguning karena kekurangan unsur hara.
Sampai saat ini belum ditemukan bahan kimia yang efektif untuk mengendalikan penyakit budog dan belum ada varietas nilam yang tahan terhadap penyakit ini. Diduga penyebaran penyakit oleh serangga, oleh karena itu tindakan budidaya perlu diperhatikan antara lain penyemprotan dengan insektisida untuk mematikan serangga/ vektor, pergiliran tanaman, sanitasi kebun dan yang terpenting adalah menggunakan benih sehat. Tanaman yang sudah terserang penyakit tidak boleh diambil seteknya untuk perbanyakan.

PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN NILAM
Hama-hama penting yang banyak menyerang tanaman ini adalah ulat penggulung daun, belalalng dan tungau merah, sedang penyakit pentingnya adalah penyakit layu bakteri, budok, dan penyakit akibat gangguan nematoda parasit. Serangan hama dan penyakit selain mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, ternyata juga mampu mengakibatkan kematian tanaman. Oleh karena itu, pengendalian serangan hama dan penyakit dalam budidaya tanaman nilam merupakan salah satu faktor penting yang perlu dilaksanakan dengan baik.

Cara pengendalian hama/ulat-ulat tersebut terutama dengan menjaga kebersihan kebun dari gulma, pengikisan tanaman serta memangkas tanaman yang terserang dikumpulkan lalu dibakar. Untuk penyakit sama halnya dicabut , dikumpulkan lalu dibakar. Pengendalian dengan insektisida dan pestisida dapat juga dilakukan antara lain menggunakan ekstark mimba dan bio insektisida seperti beveria bessiana, metarrhizinia anisophia dengan dosis sesuai anjuran kemasan.
Penggunaan fungisida Dishare M-45 atau coboy dosis 0,3% dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit bercak daun dan pangkal batang daun, bususk akar. Pengendalian nematoda dengan menggunakan nematisida Furadan 3G (39Hm) bahan organic dan dolonit.

POLA TANAM DAN METODE PEMANENAN NILAM : BUDIDAYA NILAM


POLA TANAM NILAM

Penanaman nilam dapat dilakukan baik secara monokultur maupun polikultur, baik secara tumpangsari, tumpanggilir,maupun budidaya lorong dengan tanaman perkebunan, buah-buahan, sayuran atau tanaman lainnya.

Dalam pola tanam perlu diperhatikan intensitas cahaya matahari yang tinggi dan terus menerus. Pemberian naungan ringan (± 25 %) dapat meningkatkan hasil, sebaliknya tingkat naungan yang tinggi akan menghasilkan tanaman yang kurang vigor dan kandungan minyak yang rendah.

Monokultur
Penanaman pola monokultur memerlukan sistem budidaya intensif, mulai dari kesesuaian lahan , penggunaan varietas, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta cara dan waktu panen. Pola demikian seringkali diterapkan oleh perusahaan swasta dengan luasan yang cukup besar.

Polikultur
Pola polikultur umumnya diterapkan pada pertanaman rakyat dengan luasan yang sangat sempit, seperti pola tumpangsari dengan tanaman perkebunan atau tanaman semusim, pola tumpanggilir, atau budidaya lorong. Pola polikultur ini diterapkan untuk menghindari kegagalan panen. Keuntungan lain dari pola ini adalah pemanfaatan lahan lebih efisien, aneka ragam tanaman, kesuburan tanah dapat dipertahankan, dan serangan hama lebih mudah dikendalikan. Penanaman pola ini umumnya dikombinasikan/dicampur dengan tanaman palawija dan holtikultura.

METODE PEMANENAN NILAM
Panen pada umumnya dilakukan dengan memangkas/ memotong daun dengan sedikit cabang sekunder diambi pada umur 6 bulan setelah tanam. Kemudian berturut-turut setiap 3 – 4 bulan.

Cara panen
Memotong tiga pasang daun teratas beserta batangnya. Setiap kali panen ditinggalkan satu cabang tanaman untuk merangsang pertumbuhan berikutnya.

Waktu panen
Panen pertama dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan sebelum daun berubah warnanya menjadi coklat, dilakukan pada waktu pagi atau sore hari agar kandungan minyak dalam daun tetap tinggi. panen selanjutnya 3 – 4 bulan setelah panen pertama.

METODE PENANAMAN TANAMAN NILAM : BUDIDAYA NILAM


PENANAMAN TANAMAN NILAM

Tanaman nilam membutuhkan tanah yang lembab selama masa pertumbuhannya agar dapat berproduksi secara optimal. Oleh karena itu penanaman sangat dianjurkan pada awal musim penghujan.

Ada dua cara penanaman, yaitu :

Penanaman secara tidak langsung
Pada penanaman secara tidak langsung, benih diambil dari tempat persemaian yang telah berakar dan mempunyai 2 – 4 daun. Setiap lubang tanam diisi satu benih. Bila akarnya terlalu panjang sebaiknya dipotong, sebab dalam penanaman akar yang terlalu panjang akan berlipat-lipat. Lipatan akar dalam tanah seringkali menyebabkan terjadinya serangan penyakit busuk akar.

Penanaman secara langsung.
Pada penanaman secara langsung, setiap lubang tanam ditanami 2 – 3 setek utuk menjaga kemungkinan ada setek yang mati. Kebutuhan setek yang banyak tersebut menjadi perlindungan sehingga cara ini tidak disarankan untuk diterapkan di perkebunan.

Penanaman yang dilakukan dalam barisan menggunakan jarak tanam antar barisan 60 – 100 cm dan jarak tanam dalam barisan 40 – 60 cm. Pada lahan dengan kesuburan yang tinggi (banyak humus), jarak tanam sebaiknya 100 x 100 cm, karena pada umur 5 – 6 bulan kanopi sudah bertemu. Dengan demikian kebutuhan benih diperkirakan sebesar 20.000 setek benih untuk 1 hektar lahan. Jarak tanam yang digunakan disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada lahan datar dan terbuka sebaiknya jarak tanam yang digunakan lebih lebar karena kanopi/tajuk tanaman nilam cukup luas. Penanaman yang diperjarang ini dimaksudkan untuk mengurangi persaingan kebutuhan sinar matahari. Pada lahan miring, jarak antar barisan dapat dipersempit. Arah barisan sebaiknya mengikuti garis kontur.

Pemeliharaan
Selama di lapangan nilam membutuhkan tindakan pemeliharaan yang intensif agar pertumbuhan tanaman baik, sehingga diperoleh hasil yang memuaskan. Pemeliharaan yang diperlukan meliputi penyiangan, pemberian mulsa, penyulaman, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama dan penyakit.

Penyiangan
Setelah tanaman berumur 2 bulan atau saaat tanaman mencapaia ketinggian 20 – 30 cm dan telah mempunyai cabang bertingkat dengan radius 20 cm, areal pertanaman perlu disiangi. Penyiangan ini berfungsi untuk membersihkan gulma pengganggu, sehingga tidak terjadi persaingan pengambilan hara tanaman dan sinar matahari. Penyiangan juga berfungsi untuk menghilanngkan gulma sebagai sarang hama. Penyiangan selanjutnya dilakukan secara rutin, dengan selanng waktu 2 – 3 bulan tergantung pertumbuhan gulma.
Penyiangan dapat dilakukan dengan cara, yaitu :
1.    Secara mekanis : Penyiangan dilakukan dengan menggunakan alat, seperti cangkul, parang dan sebagainya.
2.    Secara kimia : Cara ini dilakukan dengan menyemprotkan herbisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Penggunaan bahan herbisida ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu pertumbuhan nilam. Agar cara kimiawi ini lebih berhasil, penyemprotan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau dan pada saat matahari sudah cukup tinggi, yakni antara pukul 9.00 – 10.00.

Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atau tanaman yang pertumbuhannya kurang baik. Pekerjaan ini dilakukan kurang lebih 2 – 4 minggu setelah tanam, karena pada saat itu telah diketahui benih yang mati atau pertumbuhannya kurang baik. Tanaman yang mati tersebut diganti dengan tanaman/benih yang baik.
Pemupukan
Pemupukan sangat penting untuk diperhatikan. Karena hasil yang diambil adalah bagian daunnya, maka pemupukan dilakukan denga tujuan agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat dicapai secara maksimal. Untuk itu jenis pupuk yang dianjurkan tidak saja pupuk buatan, yaitu Urea, SP-36 dan KCl, tetapi diperlukan juga pupuk kandang, kompos atau pupuk hijau. Pupuk kandang dan kompos yang digunakan sebaiknya sudah matang, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.

Dosis pupuk anjuran untuk nilam adalah 10 ton pupuk kandang, 250 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl. Pupuk kandang atau kompos diberikan seminggu sebelum tanam agar pupuk tersebut dapat bercampur dalam tanah dengan baik. Pupuk urea diberikan 1/3 bagian pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, 2/3 bagian diberikan pada umur 3 bulan.
Pupuk SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam. Pemupukan berikutnya diberikan setiap kali setelah panen dengan dosis 150 kg Urea, 75 kg SP-36 dan 75 kg KCl.

Pemberian mulsa
Pemberian mulsa dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah, memperbaiki kesuburan tanah, dan untuk menekan pertumbhan gulma terutama pada awal pertumbuhan. Berapa jenis yang dapat dipergunakan sebagai mulsa antara lain adalah alang-alang, jerami, glirisidia, dan tanaman legum lainnya. Pemberian mulsa sebaiknya diberikan setelah tanam dan setelah panen.

Pembumbunan
Pembumbunan umumnya dilakukan setelah panen pertama. Cabang-cabang tanaman yang ditinggalkan ditimbun dengan tanah dari sekitar tanaman setinggi 10 – 15 cm, sehingga diperoleh rumpun tanaman yang mempunyai banyak anakan.

PEMBIBITAN TANAMAN NILAM : BUDIDAYA NILAM


TEKNIK BUDIDAYA

Pengadaan bahan tanaman

Tanaman nilam dapat diperbanyak dengan cara vegetatif melalui setek batang dan setek cabang. Setek yang dipilih untuk benih harus berasal dari varietas unggul atau tanaman yang berproduksi tinggi, sehat serta bebas dari hama dan penyakit.

Batang atau cabang yang diambil untuk setek adalah yang berdiameter 0,8 – 1,0 cm. Setek yang ditanam berukuran 10 – 20 cm dan paling sedikit harus mempunyai tiga atau empat mata tunas. Benih nilam dapat juga berupa setek pucuk tetapi harus disemai terlebih dahulu di polibag dan diberi sungkup untuk menjaga kelembaban.

Persiapan rumah atap, media semai dan sungkup

1.    Pilih areal yang sehat/tidak tercemar jamur patogen, dekat sumber air.
2.    Buat rumah atap setinggi 2 m yang condong kearah Timur. Bentuk dan luasan disesuaikan dengan kebutuhan. Siapkan campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 (v/v).
3.    Polibag (yang berlubang) dengan ukuran 15 x 10 cm diisi dengan media yang telah disiapkan dan diletakkan secara teratur di bawah rumah atap, kemudian disiram dengan menggunakan emprat.
4.    Untuk mempertahankan kelembaban agar setek tidak layu setelah ditanam perlu diberi sungkup dari plastik. Kerangka sungkup dibuat dari bambu dengan ukuran lebar 1 m, tinggi ½ m dan panjang sesuai kebutuhan.

Setek cabang atau setek cabang dapat langsung ditanam di lapang, namun cara ini kurang efisien karena seringkali banyak setek yang tidak tumbuh sehingga harus banyak disulam dan pertumbuhan tidak merata. Disamping itu, tanaman tumbuh lebih lambat dan gulma tumbuh lebih cepat, sehingga biaya penyiangan lebih tinggi. Dengan demikian, benih nilam sebaiknya disemaikan terlebih dahulu.

Pembenihan hendaknya dilakukan di sekitar lokasi penanaman dan dekat dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman. Persemaian dapat dilakukan pada bedengan atau polibag.

Pembibitan di bedengan
Tanah untuk persemaian dipilih yang gembur dan datar, dekat dengan sumber air, dan besih dari tanaman. Untuk memudahkan perkembangan akar, setelah diolah cukup gembur tanah dicampur dengan pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 2 bagian tanah, 1 bagian pasir, 1 bagian pupuk kandang.

Bedeng persemaian dibuat dengan ukuran lebar 1,5 m, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung kebutuhan dan kondisi lahan. Jarak tanam di pembenihan adalah 10 cm x 10 cm. Diantara bedengan- bedengan tersebut dibuat parit pembuangan air selebar 30 – 40 cm. Parit-parit tersebut sangat berguna untuk pembuangan air yang berlebihan.

Pembibitan di polibag
Setek yang paling baik adalah setek pucuk yang mempunyai 4 – 5 buku. Untuk mengurangi penguapan, daun tua dibuang sisakan 1 – 2 pasang daun muda/pucuk. Penyemaian dilakukan dengan membenamkan 1 buku kedalam media semai (tanah + pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1) pada polibag (14 x 10 cm) yang berlubang. Untuk mempertahankan kelembaban, benih disungkup dengan sungkup plastik, kerangka sungkup dibuat dari bambu dengan ukuran lebar 1 m, tinggi ½ m dan panjang sesuai kebutuhan. Sungkup dibuka setelah tanaman berumur ± 2 minggu. Pemberian pupuk melalui daun dan penanggulangan hama dan penyakit (kalau diperlukan) dilakukan satu kali seminggu.

Pada saat persemaian, benih membutuhkan naungan. Untuk naungan digunakan daun kelapa atau alang-alang yang diletakkan pada para-para. Naungan dibuat menghadap ke timur dengan tinggi 180 cm (bagian timur) dan 150 cm di bagian barat. Setelah berumur 5 – 6 minggu tanaman sudah mempunyai cukup akar, tunasnya sudah tumbuh dan berdaun. Selanjutnya benih ini dapat dipindahkan ke kebun yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Persiapan lahan
Sebelum benih ditanam, lahan sebaiknya dipersiapkan sedemikian rupa agar penanaman betul-betul mengikuti cara-cara yang dianjurkan. Persiapan lahan ini dilakukan mulai dalam bentuk pengolahan tanah. Pengolahan tanah hendaknya dilakukan secara intensif agar diperoleh keadaan tanah yag gembur dan bebas dari gulma. Tanah harus dibersihkan dari segala jenis rumput-rumputan, kayu, dan semak belukar. Setelah itu tanah dicangkul dan diolah hingga gembur secara merata. Kemudian dibuat lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm (p x l x t). Tanaman nilam rentan terhadap penggenangan oleh karena itu apabila tanah banyak mengandung air, maka harus dibuat parit-parit pembuangan air sehingga air yang berlebihan dapat dikurangi, serta untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Lebar parit 30 – 40 cm dan dalamnya 50 cm.
Pengolahan tanah pada lahan miring harus dilakukan dengan mengikuti garis kontur, atau melintang lereng. Pengolahan dengan cara demikian mempunyai kelebihan karena akan terbentuk tangga untuk menghambat aliran air permukaan dan menghindari terjadinya erosi.

SERBA SERBI TANAMAN NILAM


Varietas unggul nilam

Tanaman nilam adalah tanaman penghasil minyak atsiri, oleh sebab itu produksi, kadar dan mutu minyak merupakan faktor penting yang dapat dipergunakan untuk menentukan keunggulan suatu varietas. Disamping itu, karakter lainnya seperti sifat ketahanan terhadap penyakit juga merupakan salah satu indikator penentu. Banyak faktor yang mempengaruhi kadar dan mutu minyak nilam, antara lain, genetik (jenis), budidaya, lingkungan, panen dan pasca panen.

Produksi minyak

Rata-rata produksi minyak nilam Indonesia masih sangat rendah yaitu 97.53 kg/ha (th. 2002), rendahnya produksi minyak disebabkan rendahnya produksi terna (4-5 ton/ha terna kering) dan kadar minyak (1- 2%) yang rendah pula. Pada umumnya petani menanam jenis nilam yang kurang jelas asalnya atau disebut jenis lokal, di lokasi-lokasi tertentu seperti Ciamis, jenis lokal lebih unggul dari beberapa varietas yang dilepas, namun dilokasi lainnya keunggulannya tidak tampak sehingga jenis lokal Ciamis dapat dianggap unggul lokal.


Mutu minyak ditentukan oleh sifat fisika-kimia minyaknya, faktor yang paling menentukan mutu minyak nilam adalah kadar patchouli alkohol (PA). PA merupakan komponen terbesar (50 – 60%) dari minyak (Walker, 1969) dan memberikan bau (odour) yang khas pada minyak nilam, karena antara lain mengandung nor- patchoulene. Penggunaan varietas nilam yang tepat, disertai teknik budidaya yang baik, panen dan pengolahan bahan yang sesuai akan menghasilkan produksi minyak tinggi.

Tanaman nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti tanaman herba lainnya. Namun untuk memperoleh produksi yang maksimal diperlukan kondisi ekologi yang sesuai untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan budidaya tanaman nilam yang benar. Dengan tehnik penanaman yang baik, kualitas dan kuantitas tanaman nilam yang diperolehpun akan baik sehingga minyak atsiri yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik juga.

Tinggi tempat dan curah hujan
Nilam dapat tumbuh dan berkembang di dataran rendah sampai pada dataran tinggi yang mempunyai ketinggian 1.200 m diatas permukaan laut. Akan tetapi, nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat antara 50 – 400 m dpl . Pada dataran rendah kadar minyak lebih tinggi tetapi kadar patchouli alkohol lebih rendah, sebaiknya pada dataran tinggi kadar minyak rendah, kadar patchouli alkohol (Pa) tinggi.

Tanaman ini menghendaki suhu yang panas dan lembab, serta membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 2000- 2500 mm/th dengan penyebaran merata sepanjang tahun,suhu optimum unuk tanaman ini adalah 24 – 28 %C dengan kelembaban lebih dari 75 %

Agar pertumbuhan dan produksi minyak nilam optimal, tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran berkisar antara 75- 100 %. Pada tempat-tempat yang agak terlindung, nilam masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi kadar minyak lebih rendah dari pada tempat terbuka. Nilam yang ditanam di bawah naungan akan tumbuh lebih subur, daun lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah. Tanaman nilam yang ditanam di tempat terbuka, pertumbuhan tanaman kurang rimbun, habitus tanaman lebih kecil, daun agak kecil dan tebal, daun berwarna kekuningan dan sedikit merah, tetapi kadar minyaknya lebih tinggi,sebaiknya pada awal pertumbuhan diberi sedikit naungan, karena nilam rentan terhadap cekaman kekeringan.

Tanah

Tanah yang subur dan gembur, kaya akan humus dan tidak tergenang dan mempunyai kandungan minyak banyak, merupakan tanah yang sangat sesuai untuk tanaman nilam. Jenis tanah yang paling sesuai adalah yang mempunyai tekstur remah, seperti Andosol atau Latosol. Untuk tanah-tanah liat, diperlukan pengolahan yang lebih intensif agar diperoleh kondisi yang optimal. Pada tanah-tanah yang kurang humus, pemberian pupuk kandang sangat dianjurkan untuk memperbaiki kesuburan dan kegemburan tanah.

BERKENALAN DENGAN TANAMAN NILAM


Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dengan kontribusi 90%. Ekspor minyak nilam pada tahun 2002 sebesar 1.295 ton dengan nilai US $ 22,5 juta (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004). Sebagian besar produk minyak nilam diekspor untuk dipergunakan dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik dan insektisida. Dengan berkembangnya pengobatan dengan aromaterapi, penggunaan minyak nilam dalam aromaterapi sangat bermanfaat selain penyembuhan fisik juga mental dan emosional. Selain itu, minyak nilam bersifat fixatif (mengikat minyak atsiri lainnya) yang sampai sekarang belum ada produk substitusinya. Penggunaan varietas nilam yang tepat, disertai teknik budidaya yang baik, panen dan pengolahan bahan yang sesuai akan menghasilkan produksi minyak tinggi.

Di Indonesia daerah sentra produksi nilam terdapat di Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam, kemudian berkembang di provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan daerah lainnya. Luas areal pertanaman nilam pada tahun 2002 sekitar 21.602 ha, namun produktivitas minyaknya masih rendah rata-rata 97,53 kg/ha/tahun (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004). Dari hasil pengujian di berbagai lokasi pertanaman petani, kadar minyak berkisar antara 1 – 2% dari terna kering (Rusli et al., 1993).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas minyak atsiri dari tanaman nilam. Rendahnya produktivitas dan mutu minyak antara lain disebabkan rendahnya mutu genetik tanaman, teknologi budidaya yang masih sederhana, berkembangnya berbagai penyakit, serta teknik panen dan pasca panen yang belum tepat.

Secara umum, penyakit yang dapat menyebabkan kerugian besar pada pertanaman nilam adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum , penyakit budog yang diduga disebabkan oleh virus dan penyakit yang disebabkan oleh nematoda. Nematoda dapat merusak fungsi akar, merubah proses fisiologi tanaman serta mengurangi efisiensi fotosintesa sehingga pertumbuhan tanaman terhambat, produktivitas dan mutu rendah. Serangan nematoda (Pratylenchus brachyurus) pada tanaman nilam dapat mengurangi berat bagian atas tanaman (batang, daun, ranting) sampai 72% .

Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena kadar minyak (> 2%) dan kualitas minyaknya (PA > 30%) lebih tinggi dari pada nilam Jawa (kadar minyak < 2%) (Nuryani dan Hadipoentyanti, 1994). Nilam Aceh tidak berbunga, perbanyakannya dilakukan secara vegetatif (setek), sehingga keragaman genetiknya rendah.


BAHAN TANAMAN

Nilam (Pogostemon sp.) termasuk famili Labiateae, ordo Lamiales, klas Angiospermae dan devisi Spermatophyta. Di indonesia terdapat tiga jenis nilam yang dapat dibedakan antara lain dari karakter morfologi, kandungan dan kualitas minyak dan ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik. Ketiga jenis nilam tersebut adalah:

1. P. cablin Benth. Syn. P. patchouli Pellet var. Suavis Hook disebut nilam Aceh,
2. P. heyneanus Benth. Disebut nilam jawa
3. P. hortensis Becker disebut nilam sabun .

Diantara ketiga jenis nilam tersebut, nilam Aceh dan nilam sabun tidak berbunga. Yang paling luas penyebarannya dan banyak dibudidayakan yaitu nilam Aceh, karena kadar minyak dan kualitas minyaknya lebih tinggi dari kedua jenis yang lainnya.

Nilam Aceh merupakan tanaman introduksi, diperkirakan daerah asalnya Filipina atau semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia lebih dari seabad yang lalu. Setelah sekian lama berkembang di indonesia, tidak tertutup kemungkinan terjadi perubahan-perubahan dari sifat-sifat asalnya. Dari hasil ekplorasi ditemukan ber macam-macam tipe yang berbeda baik karakter morfologinya, kandungan minyak, sifat fisika kimia minyak dan sifat ketahanannya terhadap penyakit dan kekeringan. Nilam Aceh berkadar minyak tinggi (> 2,5%) sedangkan nilam Jawa rendah (< 2%).

Disamping nilam Aceh, di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur petani mengusahakan juga nilam Jawa. Nilan Jawa berasal dari India, disebut juga nilam kembang karena dapat berbunga. Ciri-ciri spesifik yang dapat membedakan nilam Jawa dan nilam Aceh secara visual yaitu pada daunnya. Permukaan daun nilam Aceh halus sedangkan nilam Jawa kasar. Tepi daun nilam Aceh bergerigi tumpul, pada nilam Jawa bergerigi runcing, ujung daun nilam Aceh runcing, nilam Jawa meruncing. Nilam jawa lebih toleran terhadap nematoda dan penyakit layu bakteri dibandingkan nilam Aceh, karena antara lain disebabkan kandungan fenol dan ligninnya lebih tinggi dari pada nilam Aceh.

Tuesday 5 March 2013

PEMELIHARAAN, HAMA PENYAKIT DAN PEMANENAN CACING TANAH


PEMELIHARAAN CACING TANAH 

Tahap yang tidak kalah pentingnya dalam budidaya cacing tanah adalah pemeliharaan, dengan pemeliharaan yang baik pertumbuhan cacing tanah akan maksimal. Aadapun pemeliharaan yang pelu dilakukan adalah : 

Penyediaan Pakan 

Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang harus diberikan juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah berupa semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai media. 

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah,antara lain : 

· pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender 

· bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan. 

· pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus cahaya 

· pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu, harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi 

· bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai perbandingan air 1:1. 

Penggantian Media 

Media yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang telah banyak telur (kokon) harus diganti. Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak dan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada media baru. Rata rata penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu 

Proses Kelahiran 

Bahan untuk media pembuatan sarang adalah: kotoran hewan, dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu. Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diaduk kembali. Bahan campuran dan kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya tetap basah. 

HAMA DAN PENYAKIT CACING TANAH 

Seperti budidaya lainnya, usaha budidaya cacing tanah ini juga tidak terlepas dari kendala yang mungkin terjadi. Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat keberhasilan beternak cacing tanah. Beberapa hama dan musuh cacing tanah antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan lain-lain. 

Gangguan yang paling utama untuk diwaspadai adalah adalah semut merah yang memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan semut merah dilakukan dengan cara disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi air cukup. 

PEMANENAN CACING TANAH 

Hasil utama dalam budidaya cacing tanah adalah biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing). Pemanenan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan mengunakan alat penerangan seperti lampu petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga mereka akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing tanah itu dengan medianya. 

Cara yang paling mudah adalah dengan membalikan sarang. Dibalik sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul, kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal. Jika pada saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan cacing tanah dapat diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan cacingnya siap di panen. 

Setelah dipanen, cacing tanah siap dipasarkan. Pemasaran dapat dilakukan dalam bentuk segar ataupun sudah dikeringkan.

TEKNIK DAN BUDIDAYA CACING TANAH : PRASARANA DAN PEMBIBITAN


SARANA DAN PERALATAN
Membuat suatu usaha tidak harus mengeluarkan biaya yang besar, Termasuk budidaya cacing tanah ini dapat dilakukan dengan bahan dan peralatan sederhana yang  umum tersedia di sekitar rumah. Untuk pembuatan kandang bisa menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat. Sebagai contoh pembuatan kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka). Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat atau pancing berjajar.

PEMBIBITAN
Salah satu persiapan utama dalam membudidayakan cacing tanah adalah meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung.

1) Pemilihan Bibit Calon Induk
Bibit cacing tanahdapat diperoleh dari alam, yaitu dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan kotoran hewan. Namun apabila beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit yang sudah ada karena diperlukan dalam jumlah yang besar.

2) Pemeliharaan Bibit Calon Induk
Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara:
a. pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika sarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.
b. pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.
c. pemeliharaan kombinasi cara a dan b.
d. pemeliharaan khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke bak lain.
e. Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.

3) Sistem Pemuliabiakan
Tahap berikutnya setelah media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada, maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media, tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara disiram dengan air, kemudian diperas hingga air perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua).

4) Reproduksi
Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.

PEMANFAATAN SERTA LINGKUNGAN HIDUP CACING TANAH



Setelah sebelumnya sepintas lalu kita membahas mengenai Cancing Tanah, berikut akan kita bahas lebih dalam lagi mengenai pemanfaatan serta kehidupan cacing tanah. Meskipun bagi sebagian orang terkesa menjijikan namun ternyata banyak manfaat yang bisa diambil dari cacing tanah tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut uraiannya : 

PEMANFAATAN CACING TANAH 

· Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Bahan Pakan Ternak 

· Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodokBahan pembuatan Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit. 

· Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus. 

· Bahan Baku Kosmetik. Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan lipstik. 

Nah sudah jelaskan bayak manfaat penting yang dapat diambildaribinatang yang satu ini. Lebih lanjut lagi kita akan membahas mengenai bagaimana lingkungan dan syarat hidup si cacing tanah. 


PERSYARATAN LOKASI 

Khususnya dalam budidaya cacing tanah, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah lokasi yang mendukung budidaya tersebut. Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 

· Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar. Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya. 

· Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi 

· Dalam budidaya cacing tanah, kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15-30 %. 

· Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah sekitar 15-25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal. 

· Supaya lebih mudah penanganan dan pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung ada baiknya apabila lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan, misalnya di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus (permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar dan tidak menyimpan panas. 



Memiliki manfaat yang baik serta dapat dikembangkan dengan persyaratan lingkungan yang tidak terlalu rumit,menyebabkan si cacing tanah ini dilirik banyak orang untuk dibudidayakan. Semoga ulasan diatas bermanfaat.

SEKILAS MENGENAI CACING TANAH



Cacing tanah, binatang yang satu ini mungkin cukup menggelikan dan membuat jijik bagi sebagian orang. Dengan bentuk tubuh gilik ataupun pipih tanpa memiliki tulang belakang (tergolong dalam invertebrata) ini, cacing tanah ternyata memiliki banyak kegunaan.Diantaranya sebagai bahan baku obat. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa cairan selom pada cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein. Protein yang dimiliki oleh cacing tanah memiliki mekanisme antimikroba yang berbeda dengan mekanisme antibiotik. mekanisme yang dilakukan oleh protein yang dimiliki oleh cacing tanah adalah dengan membuat pori di dinding sel bakteri, dengan cara ini, bakteri menjadi lebih susah untuk menjadi resisten. Banyaknya manfaat yang diperoleh dari cacing tanah ini serta belum banyaknya pemain maka budidaya cacing tanah dapat dijadikan peluang usaha yang menguntungkan. 


Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai budidaya cacing tanah, ada baiknya kita lebih mengenal mengenai cacing tanah terlebih dahulu. Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Cacing tanah yang umum dikembangkan adalah Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. 

Berikut sekilas akan kita bahas mengenai ketiga jenis cacing tanah tersebut: 

Cacing tanah jenis Lumbricus 
Bentuk tubuhnya pipih dengan jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain. Jenis ini lebih unggul dari dua jenis lainnya dikarenakan produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak 

Cacing tanah jenis Pheretima 
Cacing dengan bentuk tubuh gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung. 

Cacing tanah jenis Perionyx 
Memiliki bentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius.