POLA
TANAM NILAM
Penanaman
nilam dapat dilakukan baik secara monokultur maupun polikultur, baik secara
tumpangsari, tumpanggilir,maupun budidaya lorong dengan tanaman perkebunan,
buah-buahan, sayuran atau tanaman lainnya.
Dalam
pola tanam perlu diperhatikan intensitas cahaya matahari yang tinggi dan terus
menerus. Pemberian naungan ringan (± 25 %) dapat meningkatkan hasil, sebaliknya
tingkat naungan yang tinggi akan menghasilkan tanaman yang kurang vigor dan
kandungan minyak yang rendah.
Monokultur
Penanaman
pola monokultur memerlukan sistem budidaya intensif, mulai dari kesesuaian
lahan , penggunaan varietas, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta cara
dan waktu panen. Pola demikian seringkali diterapkan oleh perusahaan swasta
dengan luasan yang cukup besar.
Polikultur
Pola
polikultur umumnya diterapkan pada pertanaman rakyat dengan luasan yang sangat
sempit, seperti pola tumpangsari dengan tanaman perkebunan atau tanaman
semusim, pola tumpanggilir, atau budidaya lorong. Pola polikultur ini
diterapkan untuk menghindari kegagalan panen. Keuntungan lain dari pola ini
adalah pemanfaatan lahan lebih efisien, aneka ragam tanaman, kesuburan tanah
dapat dipertahankan, dan serangan hama lebih mudah dikendalikan. Penanaman pola
ini umumnya dikombinasikan/dicampur dengan tanaman palawija dan holtikultura.
METODE PEMANENAN NILAM
Panen
pada umumnya dilakukan dengan memangkas/ memotong daun dengan sedikit cabang
sekunder diambi pada umur 6 bulan setelah tanam. Kemudian berturut-turut setiap
3 – 4 bulan.
Cara
panen
Memotong
tiga pasang daun teratas beserta batangnya. Setiap kali panen ditinggalkan satu
cabang tanaman untuk merangsang pertumbuhan berikutnya.
Waktu
panen
Panen
pertama dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan sebelum daun berubah warnanya
menjadi coklat, dilakukan pada waktu pagi atau sore hari agar kandungan minyak
dalam daun tetap tinggi. panen selanjutnya 3 – 4 bulan setelah panen pertama.
No comments:
Post a Comment