Thursday 16 May 2013

PEMBANGUNAN PEMBIBITAN BATANG BAWAH TANAMAN KARET

(a) Pemilihan lokasi

Syarat areal untuk pembibitan batang bawah adalah sebagai berikut : 1) areal rata dan dekat dengan sumber air yang cukup, 2) tanah berstruktur dah tekstur baik dan cukup gembur, dan 3) mudah dijangkau dan bebas serangan hewan. 

(b) Persiapan lahan pembibitan 

Dalam penyiapan lahan untuk pembibitan, tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan kondisi akar yang lurus dan memberikan ruang sehingga pertumbuhan lebih baik, menghindari serangan jamur akar putih (JAP) atau penyakit lainnya. Dengan teknik ini, maka akan diperoleh bibit yang bermutu baik. Oleh karena itu, pengolahan lahan untuk pembibitan batang bawah mutlak perlu dilakukan. 

Setelah pohon ditumbang dan tunggul dibongkar secara bersih, dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan dilakukan secara mekanis dengan 2 kali Ripping, diikuti 2 kali meluku, dan 1 kali menggaru. Ripping l dan II menggunakan traktor D-6 (atau yang sejenis) dengan kedalaman pengolahan minimal 50 cm dan interval pengolahan 3 minggu. Ripping II dilakukan menyilang tegak lurus dari Ripping I. Luku l dan II dilakukan dengan menggunakan traktor ban dengan kedalaman pengolahan minimal 30 cm. Luku II dilakukan menyilang tegak lurus dan Luku l setelah 21 hari dari Luku I. Pekerjaan menggaru dilakukan dengan menggunakan traktor ban menyilang tegak lurus dari Luku II. Pada setiap selang pekerjaan pengolahan tersebut di atas, dilakukan ayap akar, di mana semua kayu-kayu/akar ditumpuk di luar areal pembibitan, sehingga ada 5 tahap pekerjaan ayap akar. Untuk mencegah serangan JAP, dilakukan penaburan belerang secara merata dengan dosis 250 kg/ha setelah ayap akar III. Pupuk dasar menggunakan Rock Phosphat dosis 750 kg/ha dilakukan dengan cara menabur secara merata sebelum pekerjaan menggaru. 

(c) Penanganan benih 

Biji untuk batang bawah yang dianjurkan adalah biji prolegitim klon AVROS 2037, PB 260, RRIC 100, BPM 24, dan GT 1. Biji tersebut diperoleh dari blok pertanaman yang mempunyai luas minimal 25 hektar, berumur > 10 tahun dan klon di sekitarnya diketahui dengan pasti. Pada saat pengecambahan, nilai viabilitas biji minimal 70. Biji karet segar biasanya ditunjukkan dari warna biji yang mengkilat, tidak cacat, bernas, dan bila dijatuhkan ke lantai akan terpental/melenting. Biji yang masih segar juga ditunjukkan oleh warna endosperm yang putih bersih tidak berminyak. 

(d) Penyemaian benih 

Lokasi bedengan pesemaian yang memenuhi syarat adalah sebagai berikut : 1) topografi rata, dekat dengan jalan, sumber air dan mudah dijangkau, 2) dekat dengan pembibitan batang bawah, dan 3) memiliki naungan buatan atau alami. Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 10 m, lebar 1,2 m dan tinggi 15 cm. Media penyemaian adalah pasir sungai dengan ukuran 20 mesh. Pada tempat terbuka, bedengan diberi atap buatan dari daun lalang, menghadap ke Timur (depan) dengan ketinggian 1,5 m dan tinggi bagian belakang dibuat 1 m. Setiap m2 bedengan dapat dikecambahkan 1.000 butir biji. 

Di bedengan, biji disemaikan dengan cara menyusun biji dengan jarak antar baris 1 cm dan dalam baris 0,5 cm (pakai mal). Biji ditekan ke dalam pasir dengan perut biji (funiculus) menghadap ke bawah dan lembaga menghadap ke satu arah, sehingga hanya sepersepuluh bagian biji yang berada di atas permukaan pasir. Penyiraman dilakukan agar kelembaban setiap periode perkecambahan terjamin. Periode pemindahan kecambah adalah 7 s.d. 15 hari dari sejak pengecambahan. Kecambah yang dipindahkan ke lahan pembibitan batang bawah sudah memenuhi syarat, yaitu pada stadia pancing atau jarum, berumur kurang dari 16 hari dari sejak semai, akar tunggang lums/tidak putus, dan tidak terserang penyakit JAP atau penyakit lainnya. 

(e) Pembuatan bedengan pembibitan dan penanaman kecambah 

Tujuan membuat bedengan-bedengan di lahan pembibitan batang bawah yang telah selesai diolah adalah untuk mempermudah pengawasan pekerjaan, pengangkutan bahan dan alat, pelaksanaan berbagai pekerjaan dan untuk menghindari tercampurnya jenis klon. Bedengan pembibitan dibuat dengan ukuran sebagai berikut : panjang 48 m, lebar 2,5 m menghadap Utara Selatan dengan jarak antar bedengan 70 cm. Di tengah-tengah areal bibitan dibuat jalan selebar 4 m yang menghadap Timur-Barat dan Utara-Selatan. Jumlah bedengan per hektar bibitan adalah 60 bedengan. Pada setiap bedengan ada sebanyak 8 baris bibit dengan jarak 25 cm x 25 cm x 50 cm/double row. Jumlah titik tanam dalam setiap bedengan adalah 1.536 titik. 

Jumlah titik tanam pada setiap hektar bibitan dengan pola jarak tanam dan luas bedengan seperti tersebut di atas adalah 92.160 titik. Penanaman kecambah hendaknya dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan ember berisi air untuk menghindari kelayuan dan kerusakan akar. Penanaman dilakukan dengan cara menugal tanah terlebih dahulu sedalam kurang lebih 5 cm, dengan menggunakan kayu runcing dan kemudian dimasukkan ke dalam lobang dengan posisi akar kecambah seluruhnya harus berada di dalam lobang dan biji terletak rata dengan permukaan tanah. Tanah di sekitar lobang ditekan sedikit ke arah dalam. 

(f) Pemeliharaan 

Pemeliharaan di pembibitan batang bawah meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari, terutama jika tidak turun hujan. Setelah bibit berumur 1 bulan penyiraman dapat dihentikan. Bibit yang mati, kerdil dan memperlihatkan gejala kekuningan (terutama dijumpai jika digunakan biji AVROS 2037 sebagai batang bawah) harus dicabut dan disisip. Penyisipan dilakukan sesegera mungkin dan maksimal sampai dengan 3-4 minggu. 

Pembibitan harus bebas dari rerumputan dan vegetasi lainnya agar tidak terjadi persaingan dalam hal air, hara, cuang, dan cahaya matahari. Rotasi penyiangan dilakukan 3 atau 4 minggu sekali tergantung kepada kecepatan pertumbuhan gulma. Penggarukan gulma dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai akar dan batang karet yang masih muda. Setelah batang karet berwarna coklat penyiangan dengan herbisida dapat dilakukan. Pada saat bibit diokulasi tidak dianjurkan menyemprot rerumputan dengan herbisida. 

Untuk memacu pertumbuhan bibit karet, pemupukan mutlak diperlukan. Pemupukan pendahuluan diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah terakhir, yaitu pada waktu penggarukan. Pupuk posfat alam sebanyak 750 kg/ha ditabur merata dan dicampur dengan tanah lapisan atas sampai sedalam 15-25 cm pada waktu penggarukan. 

Jika menggunakan pupuk majemuk N-P-K-Mg 15-15-6-4, dosis yang dipakai ialah 5, 10, 15 dan 15 g/ph untuk masing-masing umur 1, 3, 5 dan 7 bulan. Cara pemberian pupuk adalah dengan menaburkan pupuk sepanjang barisan bibit yang terlebih dahulu diberi parit dangkal dengan garuk. Setelah pupuk ditabur, parit ditutup kembali. 

Hama yang sering menyerang pembibitan karet antara lain jangkrik, rayap, dan tungau. Hama-hama tersebut dapat diberantas dengan menggunakan insektisida yang tepat seperti Sevin 85S. Penyakit yang sering menyerang bibitan batang bawah adalah penyakit gugur daun Colletotrichum, Oidium, dan Corynespora. 

Penyakit gugur daun Colletotrichum disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides. Penyakit ini dapat menyebabkan gugur daun terus menerus selama terjadi pembentukan pucuk-pucuk baru dalam musim penghujan. Serangan pada pembibitan dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan, sehingga pelaksanaan okulasi terlambat dan tanaman yang terserang berat menyebabkan kulit lengket sehingga sulit diokulasi. Bercak yang terjadi pada ujung atau tepi daun akan menyebabkan cacat daun. Daun yang sudah berwarna hijau muda atau berumur lebih dari dua minggu akan terhindar dari pengguguran. Pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida Dithane M 45 konsentrasi 0,3 atau Daconil 75 WP konsentrasi 0,3. Penyemprotan ditujukan pada daun muda berwarna coklat kemerahan sampai daun berwarna hijau muda sebanyak 3-4 rotasi dengan interval waktu 5-7 hari. Untuk pembibitan yang luasnya lebih dari 10 hektar, penyemprotan dengan mist blower lebih effisien dari pada menggunakan Knapsack sprayer. Dosis fungisida yang dianjurkan adalah 1-1,5 kg/ha/rotasi dengan air pelarut sebanyak 400-500 liter per hektar. Penyiangan gulma secara teratur dan pemupukan yang rasional akan berpengaruh positif terhadap pencegahan penyakit. Penyakit gugur daun Oidium disebabkan oleh jamur Oidium heveae. Pertumbuhan daun muda yang bertepatan dengan musim kering panjang akan mengalami serangan Oidium yang berat. Pada daun muda yang sedang berkembang, akan timbul bercak-bercak putih kekuningan dan dalam waktu singkat bercak membesar disertai dengan pertumbuhan benang jamur yang mencuat ke permukaan dan membentuk kumpulan spora yang putih seperti tepung. Daun yang mengalami serangan berat menjadi keriput, tampak seperti layu dan diikuti dengan gugurnya daun. Serangan Oidium dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan bahkan kematian tanaman. Pemberantasan Oidium dilakukan dengan cara pendebuan menggunakan serbuk belerang murni (belerang Cirrus). Untuk pembibitan digunakan alat pendebu portable. Pendebuan dilakukan pada awal pembentukan daun-daun baru sebanyak 3-6 rotasi dengan interval 5-7 hari. Dosis yang digunakanadalah 4 - 6 kg belerang/ha/rotasi. 

Penyakit gugur daun Corynespora disebabkan oleh jamur Corynespora cassiicola. Penyakit ini dapat menyerang, baik daun tua maupun daun muda. Pada daun muda biasanya jamur tidak membentuk bercak yang jelas, tetapi anak daun (helaian daun) berubah warna dari sepia atau hijau muda menjadi kuning. Daun menggulung atau langsung gugur dari tangkainya, sedangkan tangkai daun gugur kemudian. Pada daun yang lebih tua, jamur membentuk bercak coklat tua sampai hitam dimana urat-urat daun tampak lebih gelap daripada sekelilingnya, sehingga bercak tersebut tampak menyirip seperti tulang ikan atau seperti tetesan tinta hitam pada kertas buram. Penyakit gugur daun Corynespora pada bibitan diberantas dengan penyemprotan campuran Dithane M 45 sebanyak 0,5 - 1,0 kg dan Calixin 750 EC sebanyak 100-150 cc/aplikasi/ha. 

No comments:

Post a Comment