Saturday 18 May 2013

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR SHIITAKE



Tahap-tahap pekerjaan budidaya jamur pada dasarnya sama, mencakup penyiapan substrat, pencampuran substrat, pengantongan (logging), sterilisasi, inokulasi bibit, inkubasi, pemeliharaan tubuh buah, dan panen. Perbedaannya terletak pada perlakuan faktor-faktor fisik saat pemeliharaan tubuh buah serta formula media yang digunakan. 

1. Penyiapan substrat 

Contoh formulasi substrat tanam untuk jamur Shiitake : 

Formula 1 

Serbuk gergajian kayu : 500 gr 

Dedak : 25 gr 

Kapur : 15 gr 

Tepung maizena : 10 gr 

Gula merah : 5 gr 

air kelapa (optional) : secukupnya 

Kadar air : 65 % 


Formula 2 

Serbuk gergajian kayu : 800 gr 

Dedak : 200 gr 

Gula putih : 30 gr 

Kapur : 10 gr 

Air : 2 liter 

Penyiapan media harus dijaga kebersihannya terutama karena bibit jamur stadium miselium rentan terhadap perubahan lingkungan antara lain kelembapan dan temperatur 

2. Inkubasi / Penumbuhan Miselium 

Inkubasi yaitu proses pemeliharaan (penumbuhan) miselium dalam kondisi pertumbuhan yang terbaik bagi jamur. Inkubasi biasanya dilakukan pada ruang yang khusus dimana suhu ruang dapat dijaga konstan. Pada fase inkubasi miselium ini tidak disarankan untuk melakukan pengaturan kelembaban dalam ruang inkubasi. Kelembaban sudah terjamin dari kadar air substrat yang diberikan dalam proses pencampuran substrat sebelumnya. Kelembaban ruang inkubasi tidak banyak membantu kelembaban di dalam kantong plastik. Salah-salah, kelembaban ruang inkubai dapat menyebabkan spora liar yang menempel pada kapas penutup dapat berkecambah kemudian miselium jamur liar ini dapat merambah masuk ke dalam kantong. Oleh karena itu disarankan untuk tidak membiarkan ruang inkubasi terlalu lembab. 

3. Pemeliharaan tubuh buah 

Selanjutnya setelah log ditumbuhi penuh dengan miselium maka log dapat dipindahkan ke dalam ruang pemeliharaan tubuh buah. Perkembangan log akan melewati tahap-tahap sebagai berikut : 

. Pembentukan lapisan miselium permukaan yang tebal 

. Pembentukan benjolan 

. Pembentukan warna coklat (pigmentasi) 

. Pengerasan lapisan luar 

. Pembentukan primordial 

Log dipelihara sampai terbentuk lapisan miselium yang mengeras pada permukaan log. Setelah itu akan muncul benjolan-benjolan dengan ukuran yang bervariasi yang tampak menyembul ke permukaan log. Pada saat ini tutup kapas mulai diperlonggar untuk membantu sirkulasi udara yang membantu pigmentasi. Kemudian akan diikuti dengan pembentukan warna kecoklatan yakni suatu tanda pigmentasi. Setelah terbentuk pigmen tutup kapas dibuka sepenuhnya. Lapisan miselium yang kecoklatan ini kemudian mengeras seperti kulit batang dalam waktu sekitar 30 hari. Respon ini biasanya berkaitan dengan upaya dari jamur untuk mengurangi penguapan air dari log. 

Kadar air di dalam log akan tetap tinggi tetapi di luar relatif kering. Kulit inilah yang berperan sebagai pelindung miselium di dalam log dari proses penguapan dan serangan jamur liar. Pada saat ini, proses pembuahan sudah mulai dipersiapkan dengan memberikan rangsangan fisik berupa suhu dingin dan kadar air yang berlimpah. Dapat dilakukan dengan cara merendam log jamur dalam air selama beberapa jam sampai semalaman dengan suhu sekitar 15°C. Setelah proses perangsangan selesai, log disimpan kembali pada rak pemeliharaan. Pemeliharaan selanjutnya sangat ditentukan dari pengaturan kadar oksigen dan kelembaban udara. Pengaturan kadar oksigen dapat dilakukan dengan membuka jendela ventilasi pada saat kelembaban udara di luar tinggi. Pengaturan kelembaban dapat dilakukan dengan cara penyiraman dengan air secara berkala terutama kalau kelembaban udara di luar rendah (biasanya siang hari). 

Kadar air log selama proses pembentukan tubuh buah harus dipertahankan antara 55-65%. Di atas dan di bawah rentang ini akan mengganggu proses pembentukan primordial (Donoghue & Przybylowicz, 1989). Untuk menjaga kadar air ini dapat dilakukan dengan menjaga kelembaban udara di ruang pemeliharaan antara 80-90%. Setelah tubuh buah mencapai ukuran dewasa, kelembaban udara diatur berkisar antara 65-85%. Hal ini dilakukan untuk memperoleh tubuh buah dengan aroma dan tekstur yang lebih baik. Kalau dalam periode ini kelembaban udara terlalu tinggi akan menghasilkan tubuh buah dengan tekstur yang lembek relatif tidak dapat disimpan lama juga aroma yang kurang baik. Dengan penurunan kelembaban akan menghasilkan tubuh buah yang pecah-pecah dengan tekstur yang lebih keras dan dapat disimpan dalam waktu relatif lebih lama dan aroma yang lebih baik. 

No comments:

Post a Comment