Pembukaan Lahan untuk Perkebunan Karet
Titik awal dari perencanaan pembukaan lahan adalah penetapan saat
yang paling tepat untuk menanam, yaitu pada saat musim hujan besar. Perencanaan
pembukaan lahan sampai pada penanaman sebaiknya dipersiapkan dalam bentuk
jadwal pekerjaan. Tujuannya agar setiap melakukan kegiatan dan penggunaan
bahan/alat lebih efisien dan efektif.
Dalam pelaksanaannya, pembukaan lahan dapat dikelompokkan menurut
jenis vegetasi atau tumbuhan yang dominan di areal tersebut, yaitu lahan ex hutan
primer atau sekunder, lahan semak belukar/padang alang-alang, lahan ex karet
tua.
PEMBUKAAN LAHAN EX HUTAN
Sebelum dilakukan pembukaan lahan hutan, survei pendahuluan dan
pengukuran areal perlu dilakukan. Tujuannya adalah: 1) untuk menentukan apakah
lahan tersebut termasuk hutan berat, sedang atau ringan, 2) untuk mendapatkan
gambaran tofografi areal apakah datar, bergelombang atau berbukit, 3) untuk
mengetahui letak sungai, rawa, perkampungan dll, 4) untuk menentukan budidaya
yang sesuai di daerah tersebut, dan 5) sebagai bahan pembantu dalam penyusunan
anggaran biaya yang diperlukan.
Pelaksanaan survei biasanya dimulai dari pinggir jalan besar guna
memudahkan suplai bahan yang dibutuhkan. Pekerjaan dimulai dengan membuat
rintisan dari pinggir blok berupa jalur selebar 1,5-2 m dengan cara membabat
vegetasi yang ada arah Timur-Barat atau arah Utara-Selatan.
Pengukuran dilakukan memakai alat ukur untuk setiap 15-25 m, dan
setiap 100 m dipasang patok-patok kayu yang pada bagian ujungnya diberi cat warna
tertentu. Untuk membentuk blok seluas 20
ha dibuat rintisan sepanjang 500 m arah Timur-Barat dan 400 m arah
Utara-Selatan dan pada setiap titik dipasang patok blok lengkap dengan nomor
blok serta luasnya.
Selama dalam pengukuran, juru ukur beserta anggotanya yang berjumlah
10-15 orang mencatat segala hal yang dijumpai pada areal yang dilaluinya dan
menggambarkannya dalam peta. Pembukaan lahan yang berasal dari ex hutan dapat
dilakukan secara manual, atau secara mekanis atau kombinasi dari kedua sistem tersebut.
Dalam pembukaan lahan dengan cara manual terdiri atas berbagai
tahapan kegiatan sebagai berikut:
i
Membabat pendahuluan dan mengimas, vegetasi atau tanaman
yang memiliki diamater batang hingga 10 cm ditebang dan dibabat. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan penebangan pohon yang berukuran diameter
lebih besar dari 10 cm. Pekerjaan
ini dilakukan dengan tenaga manusia menggunakan parang.
ii
Menebang
dan merencek. Kegiatan ini dimulai dengan penebangan pohon yang cukup besar
dengan menggunakan parang, kapak, atau bahkan menggunakan gergaji rantai (chain saw). Setelah ditebang, pohon
tersebut dipotong-potong atau dicincang (direncek). Batang hasil rencekan yang
dapat dimanfaatkan dikeluarkan dari areal.
iii
Membuat
pancang jalur tanam. Jalur tanam dibuat menurut jarak antar barisan tanaman.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan pembersihan jalur tanam.
iv
Membersihkan
jalur tanam. Hasil rencekan yang tersisa ditempatkan di antara jalur tanaman,
dengan jarak sekitar 1 m di sebelah kiri-kanan pancang. Dengan demikian akan
diperoleh jalur selebar 2 m yang bersih atau bebas dari potongan kayu-kayuan.
Pembukaan lahan hutan dengan cara mekanis umumnya dilakukan pada areal yang
mempunyai topografi datar sampai dengan berombak. Umumnya penumbangan pohon dilakukan
dengan menggunakan traktor.
Secara lebih rinci tahapan kegiatan dalam pembukaan lahan secara
mekanis adalah sebagai berikut:
i
Membabat pendahuluan dan mengimas. Jenis
vegetasi semak dan atau pohon berkayu ditebas dan menyisakan tunggul dengan
tinggi maksimum 40 cm.
ii
Menumbang. Pohon yang berukuran relatif besar maupun
kecil ditumbang dengan menggunakan traktor atau menggunakan gergaji rantai. Penumbangan sebaiknya dilakukan
sedemikian rupa agar seluruh sistem perakarannya ikut terangkat ke permukaan tanah.
Arah kerja dimulai dari pinggir ke arah tengah, dan pohon ditumbangkan arah
luar agar tidak menghalangi jalannya traktor.
iii
Merumpuk.
Semua kayu yang masih dapat dimanfaatkan dipotong sepanjang 3-5 m, kemudian
dikeluarkan dari areal dan sisanya dirumpuk pada daerah rendahan dengan
menggunakan traktor rantai D-6 atau D-8.
iv
Pemberantasan
alang-alang. Pada tempat-tempat tertentu sering dijumpai alang-alang secara
berkelompok. Pemberantasan dilakukan menggunakan herbisida.
v
Membuat
pancang jalur tanam. Jalur tanam dibuat menurut jarak antar barisan tanaman.
vi Membersihkan jalur tanam. Hasil
rencekan yang masih tersisa ditempatkan di antara jalur tanaman, dengan jarak 1
m di sebelah kiri-kanan pancang. Dengan demikian akan diperoleh jalur selebar 2
m yang bebas dari potongan-potongan kayu atau ranting.
No comments:
Post a Comment